Senin, 06 Desember 2010 15:15
Besok: KIAI BAL’AM MASA KINI 
Abdullah ibn Abbas menampilkan riwayat lain tentang orang-orang sakti meski tidak sehebat kiai Bal’am era Bani Israel dulu. Syahdan, ada seorang lelaki ahli ibadah sangat serius. Seperti layaknya hidup mandito, lelaki ini sama sekali tak tertarik keduniawian, tapi rejekinya cukup. Seperti layaknya hidup ala salibat, lelaki ini juga tidak hangat di adegan ranjang hingga istrinya sering tak tersentuh. Namun karena kesahihannya, sang istri menerima. Keluarga ini amat bahagia dan dikaruniai banyak anak.  
Sama dengan kiai Bal’am, lelaki ini acap kali manjur doanya sehingga banyak tamu  meminta didoakan. Cerita punya cerita, karena tingginya daya munajah, lelaki ini dianugerahi Tuhan tiga doa super mustajabah.
Ternyata istrinya yang bernama Elbasus tahu bahwa sang suami dapet anugerah itu, lalu pingin meminta satu. “kakanda, engkau telah mengetahui kesetiaan aku mendampingimu tanpa pernah minta apa-apa apalagi mengeluh. Sekali ini saja aku meminta salah satu dari tiga doa itu. Mohon satu doa diberikan untukku, sedangkan dua lainnya silakan kakanda sendiri yang memakai”.
Suami: ”ya, janji ya. Satu saja. Lalu dinda minta apa?”.
Istri: ”doakan aku agar menjadi wanita tercantik di seantero negeri ini”.
Suami: ’Rugi, mbok yo dinda meminta yang lebih besar dari sekedar cantik. Kanda ini sudah rela dengan tampilan dinda sekarang”.
Istri: “ya, tapi tidak salah toh, ini juga untuk meningkatkan kebahagiaan kita bersama”.
Suami itu menyerah dan berdoa. Dalam beberapa saat, berubahlah dia menjadi wanita terseksi di seantero Bani Israel. Hilanglah sudah satu doa, tinggal dua.
Bukan main senangnya hati wanita itu, lagi-lagi berkaca dan pamer. Malah sering keluar rumah dan tentu saja mendapat perhatian para lelaki hingga kalangan atas. Merasa laku dan banyak yang berebut, wanita itu mulai meninggalkan suaminya perlahan-lahan dan bercengkerama dengan lelaki pilihan. Bahkan menantang-nantang suami dan menuntut cerai.
Lelaki itu tersinggung dan berfikir keras, apakah bersabar dan ikhlas melepas istri, atau berdoa mengutuknya. Ternyata dia sakit hati dan menggunakan satu doa aji-aji lagi. Istrinya disabdo menjadi anjing kudisan yang bau dan menjijikkan. Subhanallah, doa lelaki itu dikabulkan seketika dan Elbasus perlahan-lahan berubah menjadi anjing dekil. Meski berwujud anjing, namun gelagatnya tetap mencerminkan seorang manusia. Komunikasinya pakai isyarat. Sesekali berbicara tak jelas, namun bisa dimengerti.
Dalam keadan seperti itu, anak-anaknya sangat malu dan resah. Lalu datang merayu sang ayah: “Bapak, kami tidak kuat lagi menaham malu dan hinaan masyarakat. Meski berwujud anjing, beliau tetap ibu kami. Lagian, apa bapak mau punya istri anjing?  Tolong kasihanilah ibu. Doakan agar ibu kembali seperti wujud sedia kala”.
Lelaki itu luluh oleh tangisan anak-anaknya dan berkenan berdoa untuk pemulihan sang ibu. Dengan izin Allah, Elbasus kembali menjadi sosok wanita seperti dulu, istri seorang kiai dan ibu dari anak-anak mereka. Habis dan habislah tiga fasilitas doa, percuma dan percumalah tiga anugerah doa tanpa buah apa-apa. Begitulah, kalau sesuatu itu berorientasi pada keduniawian semata. Hancur lebur dan sia-sia. 

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer