Terjemahan al-A'raf: 179
Tafsir
Setelah Tuhan bicara Bal’am ibn Ba’ura, kiai yang murtad disambung pernyataan bahwa hidayah ada di tanganNya, kini Tuhan bicara neraka Jahannam yang sengaja dirancang untuk kawanan Jin dan manusia. Tidak hanya itu, alasan penyiksannya juga diungkap. Bahwa mereka tak pandai menggunakan hati untuk menerima Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya. Tidak mau menggunakan mata melihat kebesaranNya dan tidak pula menggunakan telinga mendengarkan ajaranNya. Lebih dari itu, mereka juga dicap sebagai lebih nista dibanding binatang.
Ada beberapa yang menarik distudi, anatara lain: Pertama, bahwa kawanan jin sama-sama terkena khitab seperti manusia. Jin juga wajib menjalankan ibadah seperti yang sudah disyari’atkan untuk mereka, meski kemunginan kriteria atau petunjuk tehniknya tidak sama. Semisal ibadah haji. Jin juga terkena kewajiban menunaikan ibadah haji, bahkan tidak ada persyaratan mampu maupun aman keadaan. Sebab semua Jin bisa dengan mudah terbang ke arena haji langsung tanpa harus naik pesawat. Kecuali jin yang lumpuh dan patah sayap, kalau ada.
Beberapa ayat berkata demikian termasuk ayat studi ini. Ayat ini menunjuk bahwa Jahanam dipersiapkan untuk menyiksa kawanan Jin yang durhaka. “walaqad dzara’na lijahannam katsira min al-min”. itu artinya, Ji terkena kewajiban ibadah, tapi membandel. Kalau Jin tidak terkena kewajiban, maka tidak mungkin Tuhan mengancam mereka disiksa di neraka.
Kedua, Jin juga merupakan makhluq berkomposisi jasad dan ruh, meski struktur jasadnya tak sama dengan manusia. Punya akal sehat, punya nafsu dan punya kemampuan. Maka ada yang rajin dan ada yang malas. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ada yang beriman dan ada yang durhaka. Seperti kita, mereka juga berjuang melawan nafsu demi bisa beribadah. Lebih enak bersenang-senang dan mengumbar nafsu, bermain dan berbuat jahat. Makanya ada imbalan pahala baginya dan ada pula pembalasan.
Tidak seperti para Malaikat yang semuanya patuh. Tidak ada yang malas, tidak ada yang enggan, apalagi maksiat. Mereka makhluq elektrik yang dicipta serba otomatis. Sehingga kebajikan yang mereka lakukan bukanlah sebuah kebajikan hakiki dari hasil perjuangan melawan hawa nafsu, melainkan sebuah otomatisasi yang reflektif. Jadi, tak ada imbalan apa-apa bagi mereka. Tak ada malaikat yang masuk surga dan tak ada pula yang masuk neraka. Ada malaikat Surga seperti Ridhwan, tapi dia bukan tamu yang menikmati servis, tapi kayak pelayan hotel. Tamunya adalah kita.
Diposting oleh
The_max
0 komentar:
Posting Komentar